Jumat, 28 November 2014

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAH
 PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAH


1. Pendudukan Belanda di Indonesia

Pada awal abad ke-15 bangsa Eropa mulai mengadakan penjelajahan samudra. Tujuannya mencari kekayaan (gold), kejayaan (gospel), dam menyebarkan agama Nasrani (glory).
salah satu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh bangsa Eropa yang berikilm dingin adalah rempah-rempah. Rempah-rempah berguna untuk obat-obatan, penyedap makanan, dan pengawet makanan.
Daerah penghasil rempah-rempah yang terkenal sejak zaman dahulu ialah Maluku. Bangsa Eropa ini membeli rempah-rempah secara langsung dari Maluku. Ada beberapa alasan mengapa mereka menyukai rempah-rempah dari Maluku. Pertama, mutu rempah-rempah Maluku sangat bagus. Kedua, harganya lebih murah dibandingkan dengan harga tempat lain.


Pada awalnya tujuan utama bangsa Eropa datang ke Indonesia ialah untuk berdagang. Akan tetapi, tujuan tersebut selanjutnya berubah menjadi menjajah. Beberapa bangsa Eropa yang pernah datang dan menjajah bangsa Indonesia ialah bangsa Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris Belanda merupakan bangsa yang paling lama menjajah bangsa Indonesia, yakni 350 tahun.

dalam  upaya mencari jalan ke Indonesia mulanya pelaut -pelaut Belanda mencari jalan melalui Kutub Utara. Usaha ini tidak berhasil. Kemudian mereka mencari jalan lain, yaitu melalui Tangiung Harapan (Cape of Good Hope), Afrika Selatan. Setelah berlayar selama 14 bulan, akhirnya, pada tanggal 22 Juni 1596, armada Belanda berhasil mendarat di Banten. Rombongan ini dipimpin oleh Cornelis de Houtman
Tujuan utama Belanda datang ke Indonesia ialah untuk berdagang, terutama untuk membeli rempah-rempah. Mula-mula, Belanda menunjukan sikap bersahabat dengan masyarakat Banten. Akan tetapi, akhirnya, Belanda memperlihatkan sikap serakah dan kasar. Tindakan ini membuat masyarakat Banten marah dan memusuhi belanda. Kedatangan Belanda tidak mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat. Akibatnya, armada Belanda tidak dapat melanjutkan perjalanan ke Maluku untuk mencari rempah-rempah Mereka akhirnya kembali ke negeri Belanda melalui Bali. Armada Belanda yang pertama ini mengalami kerugian besar. Meskipun demikian, rombongan mereka sudah menemukan jalan ke Indonesia.

Pada tahun 1598, untuk kedua kalinya armada Belanda tiba di Banten. Armada ini dipimpin oleh Jacob van Neck, disusul kedatangan armada yang dipimpin oleh Warwijk. Sejak saat itu, orang-orang Belanda berlomba-lomba datang ke Indonesia. Terbukanya jalur perdagangan ke Indonesia mengakibatkan munculnya persaingan di antara para pedagang. Persaingan itu terjadi antara sesama pedagang Eropa lainnya. Untuk memenangkan persaingan dagang dengan bagssa Eropa lain maupun dengan sesama bagsa Belanda sendiri, Pemerintah Belanda membentuk persatuan (kongsi) dagang. persatuan dagang Belanda tersebut didirikan pada tanggal 20 Maret 1602. Namanya ialah Vereenigde Oost indische Compagnie (VOC), artinya Persatuan Dagang Hindia Timur. Tujuannya adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya melawan pesaing-pesaignya, baik dari dalam maupun luar Belanda seperti Portugis, Inggris, Spanyol. Untuk kelancaran usaha dagangnya, Pemerintah Belanda memberi hak monopoli kepada VOC untuk:
1) Membuat perjanjian dengan raja-raja
2) Menyatakan perang dan mengadakan perdamaian
3) Membuat senjata dan mendirikan benteng
4) Mencetak Uang
5) Mengangkat dan memberhentikan pegawai

Pieter Both diangakat sebagai Gubernur jenderal VOC yang pertama dan bekedudukan di Ambon. VOC melakuka monopoli perdagangan rempah-rempah. Artinya, rempah-rempah hanya boleh dijual kepada VOC dengan harga yang telah ditentukan dengan VOC. Ketika Jan Pieterszoon Coen menjadi Gubernur Jenderal, pusat VOC dipindahkan dari Ambon ke Jayakarta (Jakarta) pada tanggal 31 Mei 1619. Nama Jayakarta diganti menjadi Batavia. Alasan pemindahan kantor VOC karena letak Jayakarta dianggap strategis begi pelayaran dan perdagangan. Selain itu, Jayakarta lebih dekat dengan Tanjung Harapan. Sejak bermarkas di Jayakarta, sikap VOC semakin kasar dan mereka mulai menjajah bangsa Indonesia. Akibatnya timbul perlawanan di mana-mana. Walaupun VOC mendapat perlawanan dari rakyat Indonesia, mereka pada akhirnya dapat menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia. Belanda dengan mudah menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia dengan menjalankan politik adu domba (Devide et Impera). Maksudnya, Belanda mengadu raja-raja dari berbagai kerajaan yang ada di Indonesia untuk saling bermusuhan. Belanda berpura-pura membela salah satu dari kerajaan yang berselisih, dengan syarat kerajaan tersebut harus tunduk kepada Belanda. menjelang abad ke-19, keadaan keuangan VOC semakin memburuk, sehingga VOC mengalami kebangkrutan.  Akibatnya pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan. Kekuasaan VOC diambil alih oleh pemerintah Belanda.

Pada akhir abad ke-18, terjadi perubahan politik di Eropa. Pada tahun 1806, Napoleon Bonaparte (kaisar Prancis) berhasil menaklukan Belanda. Napoleon kemudian mengubah bentuk negara Belanda dari republik menjadi kerajaan. Sebagai Gubernur Jenderal Belanda di Indonesia, Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels. Tujuannya adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan dari Inggris. Untuk memperkuat pertahanan di Pulau Jawa, Daendels memerintahkan pembuatan jalan raya yang sangat panjang. Tujuannya untuk mempercepat pergerakan pasukan Belanda jika terjadi peperangan. Jalan raya itu terbentang dari Anyer (Banten) samapai Panarukan (Jawa Timur). Untuk mempercepat pembuatan jalan raya itu, Daendels memerintahkan rakyat Indonesia bekerja tanpa upah. Siapa yang membangkang akan disiksa. Rakyat Indonesia yang miskin dan melarat semakin menderita dengan adanya kerja paksa tersebut. Akibatnya, tidak sedikit bangsa Indonesia yang menjadi korban. Mereka banyak yang mati kelaparan dan terserang penyakit malaria. Kerja paksa ini disebut rodi. Tindakan Daendels tersebut membuat hubungannya dengan penguasa pribumi menjadi renggang. Salah seorang pribumi yang menentang Daendels ialah Pangeran Kusumadinata dari Sumedang, Jawa Barat. Beliau tidak rela melihat rakyat Sumedang yang ikut kerja paksa itu menjadi korban. Kekejaman yang dilakukan Gubernur Jenderal Daendels terhadap rakyat Indonesia akhirnya didengar Napoleon. Pada tahun 1811, Daendels dipanggil lagi ke negeri Belanda dan digantikan oleh Jansen.

Pada tahun 1830, Johannes van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal menggatikan Van Der Capellen. Ia diberi tugas mencari uang guna mengisi kas negara Belanda yang sudah kosong akibat perang. Van den Bosch memberlakukan tanam paksa (Cultuurstelsel). Pemerintah Belanda mengerahkan tenaga rakyat untuk menanam tanaman yang hasilnya dapat dijual di pasaran dunia. Misalnya teh. kopi, tembakau, tebu dan lain-lain. sebenarnya. rakyat Indonesia tidak akan merasa sengsara kalau peraturan tanam paksa dijalankan dengan benar. Tetapi dalam pelaksanaanya, tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Pihak Belanda semakin bertindak sewenag-wenagnya. Hasil tanaman rakyat dibayar dengan harga sangat murah. Tanam paksa menimbulkan penderitaan bagi rakyat. Beban yang harus dialami rakyat semakin berat. Hasil pertanian semakin turun. Bencana kelaparan terjadi dimana-mana. Tidak sedikit rakyat Indonesia yang mati kelaparan. Sebaliknya sistem tanam paksa ini sangat menguntungkan Belanda. Kas negara yang tadinya kosong kini terisi kembali. Semua hasil tanam paksa di angkut ke Belanda.
Aturan tanam paksa tersebut sebagai berikut:
1) Penduduk Wajib menyediakan seperlima dari tanahnya untuk ditanami tanaman yang laku di passaran Eropa.
2) Tanah yang dipakai untuk tanaman wajib tanam ini dibebaskan dari pajak tanah.
3) Hasil tanaman wajib tanam itu harus diserahkan kepada pemerintah belanda.
4) Kerusakan-kerusakan yang tidak dapat dicegah oleh petani menjadi tanggungan pemerintah.
5) Pekerajaan yang dilakukan untuk menanam tanaman wajib tidak boleh melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.
6) Mereka yang bukan petani harus bekerja 66 hari dalam setahun untuk pemerintah Belanda


Tidak ada komentar:

Posting Komentar