Selasa, 20 Januari 2015

Detik-detik Menjelang Proklamasi Kemerdekaan RI
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f1/Indonesia_declaration_of_independence_17_August_1945.jpg/350px-Indonesia_declaration_of_independence_17_August_1945.jpg


Ø  6 Agustus 1945
Sebuah bom atom dijatuhkan oleh Amerika Serikat di atas kota Hiroshima Jepang sehingga menurunkan moral tentara Jepang.

Ø  7 Agustus 1945
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa Jepangnya disebut dengan istilah disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai yang bertujuan untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.

Ø  9 Agustus 1945
Bom atom kedua dijatuhkan oleh Amerika Serikat di atas kota Nagasaki Jepang yang membuat Jepang menyerah kepada Amerika dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Pada tanggal ini juga Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Ø  10 Agustus 1945
Di Indonesia Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Ø  12 Agustus 1945
Pemerintah Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang tetap menginginkan kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 1945.

Ø  14 Agustus 1945
Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang.
Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang benar-benar telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak PPKI. Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.
Pada tanggal ini juga Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar kabar bahwa Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Ø  16 Agustus 1945 (Peristiwa Rengasdengklok)
Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945 para pemuda yang beranggotakan Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana bersama Shodanco Singgih (salah seorang anggota PETA) dan pemuda lainnya membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.
Sedangkan pada hari itu juga terjadi perundingan untuk membahas masalah proklamasi kemerdekaan Indonesia antara golongan muda yang diwakili wikana dengan golongan muda yang diwakili oleh Mr. Ahmad Soebardjo di Jakarta. Dari hasil perundingan itu Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes  tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.
Malam harinya, rombongan Soekarno Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda disambut oleh Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang di kediamannya.Nishimura mengemukakan bahwa tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau.
Setelah dari kediaman Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi.

Ø  17 Agustus 1945
Pada pukul 02.00 - 04.00 dini hari terjadi perundingan kembali antara golongan muda dengan golongan tua guna membahas masalah penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, mbah Sudiro dan Sayuti Melik tepatnya di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1 Jakarta. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Setelah terbentuk, teks proklamasi kemudian diketik oleh Sayuti Melik.
Pada pagi harinya di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor. Pengerekan bendera dilakukan oleh seorang prajurit PETA yang bernama  Latief Hendraningrat yag dibantu oleh Soehoed. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.

Berkas:Proklamasi.png

Setelah upacara selesai dilaksanakan, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.

Ø  18 Agustus 1945
PPKI  mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian. Kemudian atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI dipilihlah Soekarno dan M.Hatta sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama.






sumber acuan : Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein