Tujuan Pembelajaran IPS
Untuk menetapkan tujuan pembelajaran IPS, perlu
memperhatikan
sejumlah prinsip dalam pembelajaran IPS. Kegiatan
Pembelajaran
IPS diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik
serta psikologis peserta didik. Untuk itu perencanaan
pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses
maupun
hasil pembelajaran, remedi, pengayaan, dan interaksi
dengan
orang tua, diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas
ketercapaian kompetensi lulusan. Sesuai dengan
Permendikbud
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan,
Permendikbud Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi, dan
Permendikbud Nomer 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses,
mengemukakan sejumlah prinsip pembelajaran sebagai
berikut:
a. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik
mencari tahu;
b. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi
belajar
berbasis aneka sumber belajar;
c. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai
penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah;
d. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran
berbasis
kompetensi;
e. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
f. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal
menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi
dimensi;
g. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan
aplikatif;
peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
(hardskills), dan
keterampilan mental (softskills);
h. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang
hayat.
Materi
Pembelajaran IPS
IPS pada hakikatnya adalah telaah tentang manusia dalam
hubungan sosialnya atau kemasyarakatannya. Manusia
sebagai
makhluk sosial akan mengadakan hubungan sosial dengan
sesamanya, mulai dari keluarga sampai masyarakat, baik
pada
lingkup lokal, nasional, regional, bahkan global. Hal ini
sebagaimana
diungkap oleh Nursid Sumaatmadja (2007: 1. 3) bahwa
setiap
orang sejak lahir, tidak terpisahkan dari manusia lain.
Selanjutnya,
dalam pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani sesuai
dengan penambahan umur, pengenalan dan pengalaman
seseorang
terhadap kehidupan masyarakat di lingkungan sekitarnya
yang makin
berkembang dan meluas.
Materi pembelajaran IPS diambil dari kehidupan nyata yang
terdapat di lingkungan masyarakat. Bahan atau materi
diambil dari
pengalaman pribadi, teman- teman sebaya, serta lingkungan
alam,
dan masyarakat sekitarnya. Dengan cara ini
diharapkan, materi akan
lebih mudah dipahami karena mempunyai makna lebih
besar bagi
para peserta didik daripada bahan pembelajaran yang
abstrak dan
rumit yang berasal dari Ilmu-Ilmu Sosial.
Ruang lingkup materi IPS meliputi perilaku sosial,
ekonomi dan
budaya manusia di masyarakat. Masyarakat merupakan
sumber
utama IPS. Aspek kehidupan sosial terkait dengan
ruang tempat
tinggalnya apapun yang dipelajari, apakah itu
hubungan sosial,
ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah, geografis ataukah
politik,
sumbernya adalah masyarakat. Sebagaimana dijelaskan
oleh
Winataputra (2007: 1. 48) bahwa visi pendidikan IPS
sebagai
program pendidikan yang menitik beratkan pada
pengembangan
individu peserta didik sebagai “aktor sosial” yang
mampu mengambil
keputusan yang bernalar dan sebagai “warga negara”
yang cerdas,
memiliki komitmen, bertanggung jawab dan
partisipatif. Melalui
pendidikan IPS, peserta didik dibina dan dikembangkan
kemampuan
mental serta intelektualnya menjadi warga negara yang
memiliki
keterampilan dan kepedulian sosial serta bertanggung
jawab terhadap
pembangunan nasional dengan memanfaatkan potensi
sumberdaya
yang ada secara optimal dan lestari.
Ruang lingkup/scope materi IPS meliputi materi
substansi/konten/
isi, materi proses, dan materi sikap. Materi
substansi meliputi fakta,
konsep, generalisasi, dan teori. Materi proses,
meliputi: menerima,
mencari, mengumpulkan, merumuskan, dan melaporkan
informasi.
Informasi ini meliputi manusia dan lingkungannya.
Pengorganisasian
materi sikap atau afeksi, di mana ada sistematisasi
bahan, informasi,
dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang
manusia dan
lingkungannya, sehingga menjadi lebih bermakna.
Pengorganisasian
materi sikap diharapkan dapat membuat peserta didik
lebih peka
dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara
rasional dan
bertanggung jawab. Selain itu, pengorganisasian
materi sikap dapat
mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di
lingkungan sendiri
dan masyarakat yang lebih luas.
Pengembangan materi IPS dengan ciri pembelajaran
terpadu
menggunakan geografi sebagai titik tolak (platform) kajian. Proses
pembelajaran IPS di SMP, tidak menekankan pada aspek
teoritis
keilmuannya, melainkan lebih menekankan pada segi
praktis
mempelajari,
menelaah, serta mengkaji gejala dan masalah sosial.
. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi
di sekitar
peserta didik sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan
sampai lingkungan yang luas, yaitu negara dan dunia
dengan
berbagai permasalahannya.
b. Kegiatan manusia, misalnya mata pencaharian,
pendidikan,
agama, produksi, komunikasi, dan transportasi.
c. Lingkungan geografis dan budaya meliputi segala
aspek geografis
dan antropologis dari lingkungan peserta didik yang
terdekat
sampai yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan
manusia,
sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat
sampai yang
terjauh, tentang tokoh- tokoh dan kejadian-kejadian
yang besar.
Pendekatan dan Model
Pembelajaran IPS
a.
Pendekatan Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS harus disajikan menggunakan
pendekatan
ilmiah (saintifik/scientific), dan menggunakan model yang
dianjurkan dalam Kurikulum 2013, yaitu discovery-inquiry
based
learning,
problem based learning, dan
project based learning.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat
didefinisikan
sebagai pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
sehingga
peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum,
atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan
pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengolah
informasi dan
menarik kesimpulan serta mengomunikasikan kesimpulan
(5M).
Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan
mencipta.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran IPS, bantuan
guru
diperlukan, tetapi bantuan itu harus makin berkurang
ketika peserta
didik makin bertambah dewasa atau makin tinggi
kelasnya.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik antara lain
didasarkan pada prinsip pembelajaran yang:
1) Berpusat pada peserta didik,
2) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk
mengkonstruk
konsep, hukum, dan prinsip,
3) Mendoroong terjadinya peningkatan kecakapan
berpikir peserta
didik,
4) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik, dan
5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melatih
kemampuan dalam komunikasi.
Secara umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik
dilakukan melalui langkah-langkah:
1) Peserta didik melakukan pengamatan atas suatu
fenomena yang
berupa gambar/video, lingkungan sekitar untuk
mengidentifikasi
hal-hal yang ingin diketahui dari hasil pengamatan.
2) Peserta didik merumuskan pertanyaan berdasarkan
hal-hal yang
ingin diketahui peserta didik pada saat melakukan
pengamatan.
3) mengumpulkan data atau informasi dengan berbagai
teknik,
seperti: membaca Buku Peserta didik, mencari di
internet,
wawancara dengan nara sumber atau melakukan
pengamatan
di lapangan.
4) menganalisis data atau informasi yang diperoleh
dari berbagai
sumber untuk menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan
sampai diperoleh suatu kesimpulan atas jawaban dari
pertanyaan yang telah dirumuskan,
5) mengomunikasikan kesimpulan dengan cara
mempresentasikan
di depan kelas, menempel kesimpulan pada dinding
kelas
atau tempat yang telah disediakan sebagai wahana
belajar
peserta didik.
6) Pengorganisasian materi IPS dalam Kurikulum 2013
dilakukan
secara terpadu. Model pendekatan terpadu, memadukan
berbagai disiplin ilmu sosial sedemikian rupa
sehingga
batas-batas antara disiplin ilmu yang satu dengan
lainnya
menjadi tidak tampak (Hasan, 1995: 27). Pendekatan
terpadu
pada hakikatnya merupakan pendekatan pembelajaran
yang
memungkinkan peserta didik baik secara individual
maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep
serta prinsip secara holistik dan autentik. Melalui
pengembangan
materi terpadu, peserta didik dapat memperoleh
pengalaman
langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk
menerima,
menyimpan, dan memproduksi kembali pengetahuan yang
dipelajarinya
b.
Model-model Pembelajaran IPS
Model-model pembelajaran yang direkomendasikan di
dalam
standar proses adalah: Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM),
Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP), dan Discovery-Inquiry
(DI).
Ketiga model tersebut diharapkan dapat memperkuat
penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
Agar guru dapat memperoleh pemahaman tentang
bagaimana
mengimplementasikan model-model pembelajaran tersebut
akan
diuraikan satu per satu pada uraian berikut.
1) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau dalam
bahasa Inggris disebut Problem
Based Learning (PBL)
adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata
sebagai konteks atau sarana bagi peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan
berpikir kritis serta membangun pengetahuan baru.
Dalam
Pembelajaran berbasis masalah, peserta didik, secara
individual maupun berkelompok, menyelesaikan masalah
nyata
tersebut dengan menggunakan strategi atau pengetahuan
yang telah dimiliki. Secara kritis, peserta didik
menemukan
maslah, menginterpretasikan masalah, mengidentifikasi
faktor
penyebab terjadinya maslah, mengidentifikasi
informasi dan
menemukan strategi yang diperlukan untuk
menyelesaikan
masalah, mengevaluasi kesesuaian strategi dan solusi,
dan
mengomunikasikan simpulan. Tujuan utama PBM bukanlah
penyajian sejumlah besar fakta kepada peserta didik,
melainkan
pada pengembangan kemampuan peserta didik untuk
berpikir
kritis, menyelesaikan masalah, dan sekaligus
mengembangkan
pengetahuannya.
PBM mengacu kepada prinsip-prinsip pembelajaran
lainnya
seperti pembelajaran berbasis proyek (project-basedlearning),
pembelajaran berbasis pengalaman (experiencebased
learning), pembelajaran autentik (authentic
learning)
dan pembelajaran bermakna (anchored
instruction).
Model
pembelajaran tersebut cocok untuk pengembangan
kemampuan
berpikir tingkat tinggi karena dengan model tersebut
peserta
didik
akan terbantu untuk memproses informasi yang sudah
jadi dalam benaknya, dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang lingkungan sekitarnya. Untuk dapat
memahami
pola urutan PBM tersebut, perlu dilakukan melalui
sintaks atau
langkah-langkah pembelajaran sebagaimana dikemukakan
Nur
(2011)
Sumber : buku-pegangan guru ips smp kelas 7 kurikulum 2013 edisi revisi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan